Rabu, 05 November 2014

Makalah Persepsi Sosial















KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan paper  ini sesuai dangan apa yang diharapkan.
Adapun maksud dari pembuatan paper ini adalah untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester mata kuliah Psikologi Sosial dan juga agar penulis dan pembaca lebih mampu memahami bahasan dari paper ini. Paper ini membahas salah satu sub bahasan dari Psikologi Sosial itu sendiri yakni tentang “Persepsi”.
            Penulis berharap paper ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pribadi dan pembaca, serta dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan pengetahuan kita tentang Persepsi Sosial.
Penulis  menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan maka dengan ini kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis mohon maaf jika ada kata yang kurang berkenan.



Jember, 15 Oktober 2014


Penulis







DAFTAR ISI

BAB 2. PEMBAHASAN

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sosial yang sekaligus juga makhluk individual. Sebagai makhluk sosial, manusia harus melakukan interaksi dengan sesamanya dan lingkungan disekitrnya untuk memenuhi kebutuhan. Sedangkan sebagai makhluk individu, antara manusia yang satu dengan yang lain pastilah sedikit banyak terdapat perbedaan. Perbedaan tersebut beragam, mulai dari perbedaan fisik, kepribadian, tingkah laku, watak dan sebagainya. Dalam melihat suatu objek yang sama sekalipun, individu memiliki penilaiannya masing-masing. Hal ini sangat tergantung bagaimana individu menanggapi obyek tersebut dengan persepsinya. Pada kenyataannya sebagian besar sikap, tingkah laku dan penyesuaian ditentukan oleh persepsinya.
Persepsi merupakan sebuah proses yang hampir bersifat otomatik, dan ia bekerja dengan cara yang hampir serupa pada masing-masing individu, tetapi sekalipun demikian secara tipikal menghasilkan persepsi-persepsi yang berbeda-beda. Karena itulah persepsi menjadi begitu penting dalam penafsiran individu terhadap keadaan atau kondisi disekelilingnya. Bahwa selalu terdapat perbedaan tentang cara seorang individu dengan individu lain dalam mempersepsi. Seseorang individu tidak bereaksi atau berperilaku dengan cara tertentu, karena situasi yang terdapat di sekitarnya, melainkan karena apa yang terlihat olehnya, atau apa yang diyakini olehnya tentang situasi tersebut. Seseorang bisa ‘suka’ dan ‘tidak suka’ yang juga bisa dikatakan sebagai penilaian dan tanggapan mereka terhadap berbagai hal.
Persepsi atau pandangan adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan guna memberikan arti bagi lingkungan masyarakat. Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi masyarakat tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri. Menurut Brehm dan Kassin (1989), persepsi sosial adalah penilaian-penilaian yang terjadi dalam upaya manusia memahami orang lain. Tentu saja sangat penting, namun bukan tugas yang mudah bagi setiap orang. Oleh karena itu, penulis mencoba untuk menyajikan bahasan menarik mengenai persepsi dalam pandangan atau konteks psikologi sosial.

1.2  Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud persepsi?
2.      Bagaimana proses persepsi terjadi?
3.      Bagaimana seseorang memberi penilaian berdasarkan penampilan?
4.      Apa yang dimaksud persepsi sosial?


BAB 2. PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Persepsi

Persepsi adalah proses penginderaan, yaitu diterimanya stimulus oleh alat pengindera. Stimulus yang mengenai individu itu kemudian di organisasikan, diinterpretasikan, sehingga individu menyadari tentang apa yang di indranya itu. Proses inilah yang dimaksud dengan persepsi. Disamping itu menurut Maskowitz dan Orgel (1969) persepsi itu merupakan proses yang intergrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya.
Persepsi adalah proses membuat penilaian (judgement) atau membangun kesan (impression) mengenai berbagai macam hal yang terdapat dalam lapangan penginderaan seseorang. Penilaian atau pembentukan kesan ini adalah dalam upaya pemberian makna kepada hal-hal tersebut (Harvey & Smith; Wrigthsman & Deaux).
Ada dua pandangan mengenai proses persepsi, yaitu:
1)    Persepsi sosial, berlangsung cepat dan otomatis tanpa banyak pertimbangan orang membuat kesimpulan tentang orang lain dengan cepat berdasarkan penampilan fisik dan perhatian sekilas.
2)    Persepsi sosial, adalah sebuah proses yang kompleks, orang mengamati perilaku orang lain dengan teliti hingga di peroleh analisis secara lengkap terhadap person, situasional, dan behaviour.

2.2  Terjadinya Proses Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan. Pengindraan adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indra. Namun proses tersebut tidak berhenti di situ saja, pada umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf, dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses persepsi tidak dapat lepas dari proses pengindraan, dan proses pengindraan merupakan proses yang mendahului terjadinya persepsi. Proses pengindraan terjadi setiap saat, yaitu pada waktu individu menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indra. Alat indra merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya (Branca, 1964; Woodworth dan Marquis, 1957). Dengan proses persepsi ini kemudian kita dapat membedakan sesuatu kepada dua kategori, baik-buruk, cantik-jelek, tinggi-rendah dan lain sebagainya.
Selain melalui proses penginderaan, persepsi juga dapat terjadi oleh adanya komunikasi nonverbal. Contohnya, ketika seorang anak sekolah dijemput dengan mobil mewah setiap hari kemudian hal ini terlihat oleh temannya, pasti temannya tersebut berpikir bahwa anak tadi berasal dari keluarga yang kaya. Proses penginderaan terjadi oleh mata, yaitu bahwa teman-temannya tadi melihat suatu peristiwa. Tanpa ada komunikasi verbal bahwa ada yang memberitahu bahwa anak tadi adalah orang kaya, dengan sendirinya anak-anak yang lain tadi menafsirkan dari apa yang telah mereka lihat.

2.2.1        Proses Generalisasi

Adalah mendeskripsikan kepribadian seseorang dalam bentuk kata-kata (verbal). Setiap kata atau frasa yang digunakan dalam mendeskripsikan seseoarang atau sesuatu akan memperkecil kisaran pencarian. Makin banyak keterangan atau informasi yang dimiliki, makin tepat pula antipasinya.
Ilmu linguistik menyatakan bahwa bahasa bersifat generative. Ini berarti, hanya dengan berbekal sejumlah terbatas kosakata dan aturan tata bahasa saja, dapat menciptakan kalimat yang tak terhingga.

2.2.2        Pembentukan Kesan

Pengetahuan tentang orang-orang tertentu dan kaitannya dengan atribut tertentu sering diistilahkan sebagai prototype. Hasil prototype memunculkan adanya stereotype, yaitu pemberian atribut tertentu pada sekelompok orang tertentu. Contoh: orang Indonesia ramah,orang Amerika individualistis.
Dalam pembentukan kesan, stereotype sulit diabaikan begitu saja. Stereotype akan membatasi persepsi dan komunikasi, stereotype juga bisa dimanfaatkan untuk membina hubungan yang lebih lanjut. Pada konsep kepribadian implicit, stereotype juga akan memunculkan illusorycorrelation, yaitu mengaitkan secara berlebihan antara satu karakteristik dengan karakteristik yang lain secara general.
Dalam pembentukan kesan terhadap orang lain, ada kecenderungan untuk secepatnya mengkategorikan orang tersebut kedalam suatu cirri tertentu. Penilaian yang cepat ini (snap jugdment) memiliki arti penting dalam proses pembentukan kesan selanjutnya. Contoh yang sering ditemu adalah munculnya halo efek. Yang disebut gejala self-fulfillingprophecy adalah pembuatan kategorisasi tertentu dengan diwarnai harapan berdasarkan asumsi penilai.
Pembentukan kesan yang terbentuk dalam pikiran seseorang di saat pertama kali berjumpa dengan orang lain ditentukan oleh berbagai hal, seperti dari penampilan fisik, kemudian sosial demografik dan juga komunikasi non-verbal.

2.2.3        Interaksi Antar Kepribadian

Penelitian mengenai kepribadian manusia berawal ketika seseorang diberikan daftar kepribadian. Beberapa unsur kepribadian — yang disebut kepibadian utama — lebih “kuat” dibandingkan yang lainnya, sehingga cenderung memberi warna bagi unsur-unsur kepribadian lainnya. Dingin dan hangat pada kepribadian seseorang adalah salah satu contohnya.
Hal ini tidak hanya terjadi ketika kita diminta mendeskripsikan seorang hanya berdasarkan  daftar unsur kepribadiannya saja, melinkan juga pada saat menata kesan terhadap orang yang di hadapi. Bila menilai suatu pribadi sebagai orang baik, selanjutnya akan terlihat bawa setiap tindak-tanduknya selalu diliputi cahaya “kebaikan”. Sebaliknya bila terlanjur menilai seseorang sebagai oang jahat, maka apapun yan dilakukan akan selalu dipandang negatif.

2.2.4        Penilaian

Mengamati karakter-karakter yang dimiliki seseorang satu demi satu, merangkainya, dan mengungkapkan penilaiannya. Ini diawali dari kaakter yang sudah jelas maknanya hingga yang bersifat abstrak, tersembunyi, atau tidak jelas. Contohnya saat melihat seseorang mengenakan pakaian putih, membawa stetoskop, serta memiliki sederean ijazah yang tergantung pada dinding ruang kerjanya, maka akan disimpulkan bahwa orang ini adalah seorang dokter.
Sebagaian penilaian yang dibua itu bersifat definitif; sementara yang lainnya lebih condong pada keyakinan semata. Faktor yang mempengaruhi kesimpuan ataupun penilaian, seperti:
a)      Senyuman selalu dianggap sebagai tanda kebahagiaan, karena telah menjadi bagian mekanisme biologis kita.
b)      Mengacungkan jari tengah dipandang masyarakat sebagai tanda penghinaan, karena telah dianggap demikian olh kebudayaan masyarakat.
c)      Kaum wanita dipandang memliki kelemahan dalam bidang matematika atau teknik oleh masyarakat kita. Stereotip ini mendorong orang tua untuk mengabaikan keampuan atau bakat matematika serta teknik putri-putri mereka.
d)     Bayak kesimpulan atau penilaian kita yang sama sekali tidak tepat. Kita menyebut kesimpulan yang gagal ini sebagai takhayul.

2.3  Penilaian Berdasarkan Penampilan

2.3.1                    Ekspresi Emosional Wajah
Ekspresi-ekspresi wajah tertentu bersifat universal diantara berbagai bangsa atau kalangan. Contoh, tertawa dimana saja dianggap sebagai ekpresi kegembiraan. Tidak ada orang yang tertwa karena sedih. Sebaliknya, tangisan adalah ekspresi kesedihan yang dialami seseorang.
Ahli antropologi menemukan bahwa ekspresi-ekspresi emosional universal ini juga dijumpai pada budaya-budaya yang tidak pernah bersinggungan dengan peradaban lain (suku terasing—penerj).
Ekspresi wajah seseorang dapat mempengaruhi dan mendorong orang lain untuk ikut malukan hal serupa. Kita cenderung membalas senyuman orang lain atau ikut meneteskan air mata bila melihat orang lain tersedu-sedu di depan kia. Hendaknya kita juga ingat bahwa beberapa ekspresi wajah terikat budayanya masing-masing. Sebagai contoh, menggeleng yang kita anggap menidakkan sesuatu, ternyata di India berarti iya.
2.3.2                    Bentuk Wajah
       Landasan biologis ekspresi wajah yang menyebabkan kita menyimpulkn kepribadian seseorang bedasarkan bentuk wajah adalah: kepala besar diidentikkn dengan orang bodoh tetapi jujur, dagu kecil berarti berkepribadian lemah, alis tinggi berarti  pemiliknya luar biasa cerdas, alis rendah menandakan selera rendah, dsb. Menentukan kepribadian berdasarkan suatu bentuk wajah diatas merupakan suatu takhayul yang bodoh. Oleh karena tidak memiliki landasan ilmiah sama sekali.
2.3.3                    Tubuh
                        William Sheldon pernah mengembangkan suatu teori mengenai adanya hubungan antara benuk tubuh dengan kepribadian seseorang : orang berperawaan kurus (tipe ektomorfik) bersifat penakut, tertutup, dan terkekang; orang dengan tubuh berotot (mesomorfik) bersifat tegas, bersemangat, dan berani; orang dengan tubuh gemuk (endomorfik) cenderung tenang, gembira, dan peramah. Sheldon mengemukakan pendapatnya bahwa memang ada ketekaitan biologis atau lebih tepatnya secara embriologi.
2.3.4                    Penampilan Atraktif
Pengaruh terkuat pada bentuk wajah dan tubuh tampak pada penampilan atraktif yang kita saksikan pada diri seseorang. Hasil riset memperlihatkan bahwa guru lebih menyukai siswanya yang cantik atau yang tampan serta menaruh harapan lebih terhadap mereka ketimbang murid yang wajahnya biasa-biasa saja atau kurang menarik. Kenyataan semain lama Anda mengenal seseorang, semakin tidak penting peampilannya bagi anda. Akhirya, kita hendaknya tidak melupakan bahwa kecantikan atau ketampanan itu juga merupakan sesuatu yang subjek, sehingga tidak ada ukuran yang pasti.
2.3.5                    Gaya Bahasa, Dialek, dan Suara
Kita dapat menyimpukan beberapa hal berdasarkan gaya bahasa dan dialek yang diucapkan seseorang, meskipun hasilnya tidak begitu akurat. Kita dapat menyimpulkan asal usul seseorang berdasarkan logat atau dialek mereka. Telepas dari semua itu, dialek daerah perkotaan cenderung lepas, terbuka, cepat, dan keras. Sebaliknya, orang desa cenderung berbicara lambat dan perlahan. Lebih jauh lagi tinggi rendahnya suara juga menentukan stereotype seseorang terhadap diri anda.

2.4  Persepsi Sosial

Bila objek persepsi terletak diluar orang yang mempersepsi, maka objek persepsi dapat bermacam-macam, yaitu dapat berwujud benda-benda, situasi, dan juga dapat berwujud manusia. Bila objek persepsi berwujud benda-benda disebut persepsi benda (things perception) atau juga disebut non-social perception, sedangkan bila objek persepsi berwujud manusia atau orang disebut persepsi sosial atau social perception (Heider. 1958). Namun disamping istilah-istilahtersebut khususnya mengenai istilah social perception masih terdapat istilah-istlah lain yang digunakan. Yaitu persepsi orang atau person perception (Secord dan Backman.1964), juga istilah person cognitionI atau interpersonal perception. Yang kurang dapat mendukung istilah social perception dalam pengertian person perception memberikan alasan bahwa karena persepsi sosial menyangkut persepsi yang berkaitan dengan variable-variabel sosial, sehingga ini memberikan pengertian yang lebih luas dari pada pengertian person perception (Tagiure dalam Lindzey dan Aronsome 1975).
Dalam individu mempersepsikan benda-benda mati bila dibandingkan dengan mempersepsikan manusia, terdapat segi-segi persamaan disamping segi-segi perbedaan adanya persamaan bila diliha tbahwa manusia atau orang itu dipandang sebagai benda fisik seperti benda-benda fisik lainnya yang terikat pada waktu dan tempat, pada dasarnya tidak berbeda. Namun karena manusia bukan semata-mata bukan hanya benda fisik melulu, tetapi mempunyai kemampuan-kemampuan yang tidak dipunyai oleh benda fisik lainnya, maka hal ini akan membawa perbedaan antara persepsi benda-benda dengan mempersepsi manusia (Morgan, dkk. 1984).
Mempersepsi seseorang, individu yang dipersepsi itu mempunyai kemampuan-kemampuan, perasaan, harapan walaupun kadarnya berbeda seperti halnya pada individu yang mempersepsi. Orang yangdipersepsi dapat berbuat sesuatu terhadap orang yang mempersepsi, sehingga kadang-kadang atau justru sering hasil persepsi tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Orang yang dipersepsi dapat menjadi teman, namun sebaliknya juga dapat menjadi lawan dari individu yang yang mempersepsi. Hal tersebut tidakakan dijumpai bila yang dipersepsi itu bukan manusia atau orang (Tagiuri danPetrullo, 1958). Ini berarti bahwa orang yang dipersepsi dapat memberikan pengaruh terhadap orang yang mempersepsi.
Persepsi sosial merupakan suatu proses seseorang untuk mengetahui, mempersepsikan, dan mengevaluasi orang lainyang dipersepsi, tentang sifat-sifatnya, kualitasnya dan keadaan yang lain yang ada dalam diri orang yang dipersepsi, sehingga terbentuk gambaran mengenai orang yang dipersepsi (Tagiuri dalam Lindzey dan Aronson, 1975). Karena yang dipersepsi itu manusia sepertihalnya yang mempersepsi, maka objek persepsi dapat memberikan pengaruh kepada orang yang mempersepsi. Dengan demikian dapat dikembangkan dalam mempersepsi manusia atau orang (person) adanya dua pihak yang masing-masing yang mempunyai kemampuan-kemampuan, perasaan-perasaan, harapan-harapan, pengalaman-pengalaman tertentu yang berbeda satu dengan yang lain, yang akan berpengaruh dalam orang mempersepsi manusia atau orang tersebut.
Dari uraian tersebut di atas, ada beberapa hal yang dapat ikut berperan dan dapat berpengaruh dalam mempersepsi manusia, yaitu (1) keadaan stimulus, dalam hal ini berujud manusia yang akan dipersepsi; (2) situasi atau keadaan sosial yang melatarbelakangi stimulus; dan (3) keadaan orang yang mempersepsi. Walaupun stimulus personnya sama, tetapikalau situasi sosial yang melatarbelakangi stimulus person berbeda, akanberbeda hasil persepsinya (Tagiuri dan petrullo, 1958). Situasi sosial yang melatarbelakangi stimulus person mempunyai peranyang penting dalam persepsi, khususnya persepsi sosial.  

BAB 3. PENUTUP

Persepsi suatu proses aktif timbulnya kesadaran dengan segera terhadap suatu obyek yang merupakan faktor internal serta eksternal individu meliputi keberadaan objek, kejadian dan orang lain melalui pemberian nilai terhadapobjek tersebut. Sejumlah informasi dari luar mungkin tidak disadari,dihilangkan atau disalahartikan. Mekanisme penginderaan manusia yang kurang sempurna merupakan salah satu sumber kesalahan persepsi (Bartol & Bartol,1994).
Pembahasan mengenai persepsi seseorang berarti membahas bagaimana terjadinya proses persepsi itu sendiri, yang dimana proses persepsi terjadi ketika kita menerima stimulus melalui penginderaan. Dalam segi penilaian seseorang juga akan memiliki persepsi yang berbeda pula, tergantung dari mana ia menilai sesuatu, bisa dari ekspresi emosional wajah, bentuk tubuh, cara berpenampilan, gaya bahasa. Persepsi seseorang terhadap orang lain sangat tergantung dengan komunikasi. Komunikasi sering dilakukan orang untuk mempertegas kesan dan akan berpengaruh pada hasil persepsi.
Individu berinteraksi, dari sana saling mempengaruhi dan saling member penilaian karena adanya objek yang dipersepsi. Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai indera dan dapat datang dari dalam yang langsung mengenai syaraf penerima (sensoris) tapi berfungsi sebagai reseptor. Adanya indera atau reseptor, yaitu sebagai alat untuk menerima stimulus.  Diperlukan adanya perhatian sebagai langkah awal menuju persepsi.
Dan yang perlu dipahami lagi yaitu bahwa pesepsi itu dimiliki oleh setiap individu, artinya setiap dari manusia memiliki cara pandang dan pemahaman yang pasti berbeda dalam melihat suatu obyek di lingkungan kita,baik itu manusia,makhluk hidup lain,ataupun benda mati. Jadi Persepsi merupan suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya.

DAFTAR PUSTAKA

Ariningsih, Reni. 2013. Makalah Persepsi Sosial. http:// Psikologi Sosial/Reni Ariningsih  Makalah Persepsi Sosial.htm. diunduh tanggal 11 Oktober 2014, pukul 14.05 WIB
Atika,Nofrida(http://www.academia.edu/6666230/Makalah__persepsi_sosial?login=&email_was_taken=true (diunduh tanggal 11 Oktober 2014, pukul 10:52 WIB)
Boerre, George. 2010. Psikologi Sosial. Jogjakarta: Prismasophie
Kepli, Widyanto. 2012. Makalah Persepsi Sosial dan Kognisi Sosial. http://widyanto kepli  makalah persepsi sosial dan kognisi sosial.htm. (diunduh tanggal 11 Oktober 2014, pukul 14.15 WIB)
Sarwono, Sarlito W. 2002. Psikologi Sosial, Individu Dan Teori Teori Psikologi Sosial. Jakarta :Balai Pustaka.
Taylor, Shelley E, dkk. 2009. Psikologi Sosial, Edisi Kedua Belas. Jakarta: Kencana.
Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Penerbit ANDI. Yogyakarta

1 komentar:

  1. bagus gambar latarnya ..
    makalah nya juga bagus nambah2 pengetahuan..

    BalasHapus