KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan paper ini sesuai dangan
apa yang diharapkan.
Adapun
maksud dari pembuatan paper ini adalah untuk memenuhi tugas Ujian Tengah
Semester mata kuliah Psikologi Sosial dan juga
agar penulis dan pembaca lebih mampu memahami bahasan dari paper ini. Paper ini
membahas salah satu sub bahasan dari Psikologi Sosial itu sendiri yakni tentang “Persepsi”.
Penulis berharap paper ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis pribadi dan pembaca, serta
dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan pengetahuan
kita tentang Persepsi Sosial.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan maka dengan ini kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis mohon maaf
jika ada kata yang kurang berkenan.
Jember, 15 Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 2. PEMBAHASAN
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial yang sekaligus
juga makhluk individual. Sebagai makhluk
sosial, manusia harus melakukan interaksi dengan sesamanya dan lingkungan
disekitrnya untuk memenuhi kebutuhan. Sedangkan sebagai makhluk individu,
antara manusia yang satu dengan yang lain pastilah sedikit banyak terdapat
perbedaan. Perbedaan tersebut beragam, mulai dari perbedaan fisik, kepribadian,
tingkah laku, watak dan sebagainya. Dalam melihat suatu objek yang sama sekalipun,
individu memiliki penilaiannya masing-masing. Hal ini
sangat tergantung bagaimana individu menanggapi obyek tersebut dengan
persepsinya. Pada kenyataannya sebagian besar sikap, tingkah laku dan
penyesuaian ditentukan oleh persepsinya.
Persepsi merupakan sebuah proses yang hampir
bersifat otomatik, dan ia bekerja dengan cara yang hampir serupa pada
masing-masing individu, tetapi sekalipun demikian secara tipikal menghasilkan
persepsi-persepsi yang berbeda-beda.
Karena itulah persepsi menjadi begitu penting dalam penafsiran individu
terhadap keadaan atau kondisi disekelilingnya. Bahwa selalu terdapat perbedaan
tentang cara seorang individu dengan individu lain dalam mempersepsi. Seseorang individu tidak bereaksi atau berperilaku dengan cara
tertentu, karena situasi yang terdapat di sekitarnya, melainkan karena apa yang
terlihat olehnya, atau apa yang diyakini olehnya tentang situasi tersebut. Seseorang bisa ‘suka’ dan ‘tidak suka’ yang
juga bisa dikatakan sebagai penilaian dan tanggapan mereka terhadap berbagai
hal.
Persepsi atau pandangan adalah sebuah proses
saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan guna memberikan arti
bagi lingkungan masyarakat. Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi
masyarakat tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri. Menurut Brehm dan Kassin (1989), persepsi sosial adalah penilaian-penilaian yang terjadi dalam upaya manusia
memahami orang lain. Tentu saja
sangat penting, namun bukan tugas yang mudah bagi setiap orang. Oleh
karena itu, penulis mencoba untuk menyajikan bahasan menarik mengenai persepsi
dalam pandangan atau konteks psikologi sosial.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud persepsi?
2.
Bagaimana proses
persepsi terjadi?
3.
Bagaimana
seseorang memberi penilaian berdasarkan penampilan?
4.
Apa yang
dimaksud persepsi sosial?
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Persepsi
Persepsi
adalah proses penginderaan, yaitu diterimanya stimulus oleh alat pengindera. Stimulus yang mengenai individu itu kemudian di organisasikan, diinterpretasikan,
sehingga individu menyadari tentang apa yang di indranya itu.
Proses inilah yang dimaksud dengan persepsi. Disamping itu menurut Maskowitz dan
Orgel (1969)
persepsi itu merupakan proses yang intergrated dari individu terhadap stimulus yang
diterimanya.
Persepsi adalah proses membuat penilaian (judgement) atau
membangun kesan (impression) mengenai berbagai macam hal yang terdapat
dalam lapangan penginderaan seseorang. Penilaian atau pembentukan kesan ini
adalah dalam upaya pemberian makna kepada hal-hal tersebut (Harvey & Smith; Wrigthsman & Deaux).
Ada dua pandangan mengenai proses
persepsi, yaitu:
1) Persepsi sosial, berlangsung cepat
dan otomatis tanpa banyak pertimbangan orang membuat kesimpulan tentang orang
lain dengan cepat berdasarkan penampilan fisik dan perhatian sekilas.
2) Persepsi sosial, adalah sebuah
proses yang kompleks, orang mengamati perilaku orang lain dengan teliti hingga di
peroleh analisis secara lengkap terhadap person, situasional, dan behaviour.
2.2 Terjadinya Proses Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan.
Pengindraan adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu
melalui alat penerima yaitu alat indra. Namun proses tersebut tidak berhenti
di situ saja, pada umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh syaraf ke
otak sebagai pusat susunan syaraf, dan proses selanjutnya merupakan proses
persepsi. Karena itu proses persepsi tidak dapat lepas dari proses pengindraan,
dan proses pengindraan merupakan proses yang mendahului terjadinya persepsi.
Proses pengindraan terjadi setiap saat, yaitu pada waktu individu menerima
stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indra. Alat indra merupakan
penghubung antara individu dengan dunia luarnya (Branca, 1964; Woodworth dan
Marquis, 1957). Dengan proses persepsi ini kemudian kita dapat
membedakan sesuatu kepada dua kategori, baik-buruk, cantik-jelek, tinggi-rendah
dan lain sebagainya.
Selain
melalui proses penginderaan, persepsi juga dapat terjadi oleh adanya komunikasi
nonverbal. Contohnya, ketika seorang anak sekolah dijemput dengan mobil mewah
setiap hari kemudian hal ini terlihat oleh temannya, pasti temannya tersebut
berpikir bahwa anak tadi berasal dari keluarga yang kaya. Proses penginderaan
terjadi oleh mata, yaitu bahwa teman-temannya tadi melihat suatu peristiwa.
Tanpa ada komunikasi verbal bahwa ada yang memberitahu bahwa anak tadi adalah
orang kaya, dengan sendirinya anak-anak yang lain tadi menafsirkan dari apa
yang telah mereka lihat.
2.2.1 Proses Generalisasi
Adalah
mendeskripsikan kepribadian seseorang dalam bentuk kata-kata (verbal). Setiap
kata atau frasa yang digunakan dalam mendeskripsikan seseoarang atau sesuatu
akan memperkecil kisaran pencarian. Makin banyak keterangan atau informasi yang
dimiliki, makin tepat pula antipasinya.
Ilmu
linguistik menyatakan bahwa bahasa bersifat generative. Ini berarti, hanya
dengan berbekal sejumlah terbatas kosakata dan aturan tata bahasa saja, dapat
menciptakan kalimat yang tak terhingga.
2.2.2
Pembentukan
Kesan
Pengetahuan tentang orang-orang
tertentu dan kaitannya dengan atribut tertentu sering diistilahkan sebagai prototype.
Hasil prototype memunculkan adanya stereotype, yaitu pemberian atribut tertentu
pada sekelompok orang tertentu. Contoh: orang Indonesia ramah,orang Amerika
individualistis.
Dalam pembentukan kesan, stereotype sulit
diabaikan begitu saja. Stereotype akan membatasi persepsi dan komunikasi, stereotype
juga bisa dimanfaatkan untuk membina hubungan yang lebih lanjut. Pada konsep
kepribadian implicit, stereotype juga akan memunculkan illusorycorrelation,
yaitu mengaitkan secara berlebihan antara satu karakteristik dengan
karakteristik yang lain secara general.
Dalam
pembentukan kesan terhadap orang lain, ada kecenderungan untuk secepatnya
mengkategorikan orang tersebut kedalam suatu cirri tertentu. Penilaian yang
cepat ini (snap jugdment) memiliki
arti
penting dalam proses pembentukan kesan selanjutnya. Contoh yang sering ditemu adalah munculnya
halo efek. Yang disebut gejala self-fulfillingprophecy adalah
pembuatan kategorisasi tertentu dengan diwarnai harapan berdasarkan asumsi
penilai.
Pembentukan
kesan yang terbentuk dalam pikiran seseorang di saat
pertama kali berjumpa dengan orang lain ditentukan oleh berbagai hal, seperti dari penampilan fisik, kemudian sosial
demografik dan juga komunikasi non-verbal.
2.2.3 Interaksi Antar Kepribadian
Penelitian
mengenai kepribadian manusia berawal ketika seseorang diberikan daftar
kepribadian. Beberapa unsur kepribadian — yang disebut kepibadian utama — lebih
“kuat” dibandingkan yang lainnya, sehingga cenderung memberi warna bagi
unsur-unsur kepribadian lainnya. Dingin dan hangat pada kepribadian seseorang
adalah salah satu contohnya.
Hal
ini tidak hanya terjadi ketika kita diminta mendeskripsikan seorang hanya
berdasarkan daftar unsur kepribadiannya
saja, melinkan juga pada saat menata kesan terhadap orang yang di hadapi. Bila
menilai suatu pribadi sebagai orang baik, selanjutnya akan terlihat bawa setiap
tindak-tanduknya selalu diliputi cahaya “kebaikan”. Sebaliknya bila terlanjur
menilai seseorang sebagai oang jahat, maka apapun yan dilakukan akan selalu
dipandang negatif.
2.2.4 Penilaian
Mengamati
karakter-karakter yang dimiliki seseorang satu demi satu, merangkainya, dan
mengungkapkan penilaiannya. Ini diawali dari kaakter yang sudah jelas maknanya
hingga yang bersifat abstrak, tersembunyi, atau tidak jelas. Contohnya saat
melihat seseorang mengenakan pakaian putih, membawa stetoskop, serta memiliki
sederean ijazah yang tergantung pada dinding ruang kerjanya, maka akan
disimpulkan bahwa orang ini adalah seorang dokter.
Sebagaian
penilaian yang dibua itu bersifat definitif; sementara yang lainnya lebih
condong pada keyakinan semata. Faktor yang mempengaruhi kesimpuan ataupun
penilaian, seperti:
a) Senyuman
selalu dianggap sebagai tanda kebahagiaan, karena telah menjadi bagian
mekanisme biologis kita.
b) Mengacungkan
jari tengah dipandang masyarakat sebagai tanda penghinaan, karena telah
dianggap demikian olh kebudayaan masyarakat.
c) Kaum
wanita dipandang memliki kelemahan dalam bidang matematika atau teknik oleh
masyarakat kita. Stereotip ini mendorong orang tua untuk mengabaikan keampuan
atau bakat matematika serta teknik putri-putri mereka.
d) Bayak
kesimpulan atau penilaian kita yang sama sekali tidak tepat. Kita menyebut
kesimpulan yang gagal ini sebagai takhayul.
2.3
Penilaian Berdasarkan Penampilan
2.3.1 Ekspresi Emosional Wajah
Ekspresi-ekspresi
wajah tertentu bersifat universal diantara berbagai bangsa atau kalangan.
Contoh, tertawa dimana saja dianggap sebagai ekpresi kegembiraan. Tidak ada
orang yang tertwa karena sedih. Sebaliknya, tangisan adalah ekspresi kesedihan
yang dialami seseorang.
Ahli
antropologi menemukan bahwa ekspresi-ekspresi emosional universal ini juga
dijumpai pada budaya-budaya yang tidak pernah bersinggungan dengan peradaban
lain (suku terasing—penerj).
Ekspresi
wajah seseorang dapat mempengaruhi dan mendorong orang lain untuk ikut malukan
hal serupa. Kita cenderung membalas senyuman orang lain atau ikut meneteskan
air mata bila melihat orang lain tersedu-sedu di depan kia. Hendaknya kita juga
ingat bahwa beberapa ekspresi wajah terikat budayanya masing-masing. Sebagai
contoh, menggeleng yang kita anggap menidakkan sesuatu, ternyata di India
berarti iya.
2.3.2 Bentuk Wajah
Landasan biologis ekspresi wajah yang menyebabkan kita
menyimpulkn kepribadian seseorang bedasarkan bentuk wajah adalah: kepala besar diidentikkn
dengan orang bodoh tetapi jujur, dagu kecil berarti berkepribadian lemah, alis
tinggi berarti pemiliknya luar biasa
cerdas, alis rendah menandakan selera rendah, dsb. Menentukan kepribadian
berdasarkan suatu bentuk wajah diatas merupakan suatu takhayul yang bodoh. Oleh
karena tidak memiliki landasan ilmiah sama sekali.
2.3.3 Tubuh
William Sheldon pernah mengembangkan suatu
teori mengenai adanya hubungan antara benuk tubuh dengan kepribadian seseorang
: orang berperawaan kurus (tipe ektomorfik) bersifat penakut, tertutup, dan
terkekang; orang dengan tubuh berotot (mesomorfik) bersifat tegas, bersemangat,
dan berani; orang dengan tubuh gemuk (endomorfik) cenderung tenang, gembira,
dan peramah. Sheldon mengemukakan pendapatnya bahwa memang ada ketekaitan
biologis atau lebih tepatnya secara embriologi.
2.3.4 Penampilan Atraktif
Pengaruh
terkuat pada bentuk wajah dan tubuh tampak pada penampilan atraktif yang kita
saksikan pada diri seseorang. Hasil riset memperlihatkan bahwa guru lebih
menyukai siswanya yang cantik atau yang tampan serta menaruh harapan lebih
terhadap mereka ketimbang murid yang wajahnya biasa-biasa saja atau kurang
menarik. Kenyataan semain lama Anda mengenal seseorang, semakin tidak penting
peampilannya bagi anda. Akhirya, kita hendaknya tidak melupakan bahwa
kecantikan atau ketampanan itu juga merupakan sesuatu yang subjek, sehingga
tidak ada ukuran yang pasti.
2.3.5 Gaya Bahasa, Dialek, dan Suara
Kita
dapat menyimpukan beberapa hal berdasarkan gaya bahasa dan dialek yang
diucapkan seseorang, meskipun hasilnya tidak begitu akurat. Kita dapat
menyimpulkan asal usul seseorang berdasarkan logat atau dialek mereka. Telepas
dari semua itu, dialek daerah perkotaan cenderung lepas, terbuka, cepat, dan
keras. Sebaliknya, orang desa cenderung berbicara lambat dan perlahan. Lebih
jauh lagi tinggi rendahnya suara juga menentukan stereotype seseorang terhadap
diri anda.
2.4
Persepsi
Sosial
Bila objek persepsi terletak diluar orang
yang mempersepsi, maka objek persepsi dapat bermacam-macam, yaitu dapat berwujud
benda-benda, situasi, dan juga dapat berwujud manusia. Bila objek persepsi
berwujud benda-benda disebut persepsi benda (things perception) atau
juga disebut non-social perception, sedangkan bila objek persepsi
berwujud manusia atau orang disebut persepsi sosial atau social perception
(Heider. 1958). Namun disamping istilah-istilahtersebut khususnya mengenai
istilah social perception masih terdapat istilah-istlah lain yang
digunakan. Yaitu persepsi orang atau person perception (Secord dan
Backman.1964), juga istilah person cognitionI atau interpersonal
perception. Yang kurang dapat mendukung istilah social perception dalam
pengertian person perception memberikan alasan bahwa karena persepsi
sosial menyangkut persepsi yang berkaitan dengan variable-variabel sosial,
sehingga ini memberikan pengertian yang lebih luas dari pada pengertian person
perception (Tagiure dalam Lindzey dan Aronsome 1975).
Dalam individu mempersepsikan benda-benda
mati bila dibandingkan dengan mempersepsikan manusia, terdapat segi-segi persamaan
disamping segi-segi perbedaan adanya persamaan bila diliha tbahwa manusia atau
orang itu dipandang sebagai benda fisik seperti benda-benda fisik lainnya yang
terikat pada waktu dan tempat, pada dasarnya tidak berbeda. Namun karena
manusia bukan semata-mata bukan hanya benda fisik melulu, tetapi mempunyai
kemampuan-kemampuan yang tidak dipunyai oleh benda fisik lainnya, maka hal ini
akan membawa perbedaan antara persepsi benda-benda dengan mempersepsi manusia
(Morgan, dkk. 1984).
Mempersepsi seseorang, individu yang
dipersepsi itu mempunyai kemampuan-kemampuan, perasaan, harapan walaupun kadarnya
berbeda seperti halnya pada individu yang mempersepsi. Orang yangdipersepsi
dapat berbuat sesuatu terhadap orang yang mempersepsi, sehingga kadang-kadang atau
justru sering hasil persepsi tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Orang yang
dipersepsi dapat menjadi teman, namun sebaliknya juga dapat menjadi lawan dari
individu yang yang mempersepsi. Hal tersebut tidakakan dijumpai bila yang
dipersepsi itu bukan manusia atau orang (Tagiuri danPetrullo, 1958). Ini
berarti bahwa orang yang dipersepsi dapat memberikan pengaruh terhadap orang
yang mempersepsi.
Persepsi sosial merupakan suatu proses
seseorang untuk mengetahui, mempersepsikan, dan mengevaluasi orang lainyang
dipersepsi, tentang sifat-sifatnya, kualitasnya dan keadaan yang lain yang ada
dalam diri orang yang dipersepsi, sehingga terbentuk gambaran mengenai orang
yang dipersepsi (Tagiuri dalam Lindzey dan Aronson, 1975). Karena yang
dipersepsi itu manusia sepertihalnya yang mempersepsi, maka objek persepsi
dapat memberikan pengaruh kepada orang yang mempersepsi. Dengan demikian dapat
dikembangkan dalam mempersepsi manusia atau orang (person) adanya dua
pihak yang masing-masing yang mempunyai kemampuan-kemampuan, perasaan-perasaan,
harapan-harapan, pengalaman-pengalaman tertentu yang berbeda satu dengan yang
lain, yang akan berpengaruh dalam orang mempersepsi manusia atau orang
tersebut.
Dari uraian tersebut di atas, ada beberapa
hal yang dapat ikut berperan dan dapat berpengaruh dalam mempersepsi manusia,
yaitu (1) keadaan stimulus, dalam hal ini berujud manusia yang akan dipersepsi;
(2) situasi atau keadaan sosial yang melatarbelakangi stimulus; dan (3) keadaan
orang yang mempersepsi. Walaupun stimulus personnya sama, tetapikalau situasi
sosial yang melatarbelakangi stimulus person berbeda, akanberbeda hasil
persepsinya (Tagiuri dan petrullo, 1958). Situasi sosial yang melatarbelakangi
stimulus person mempunyai peranyang penting dalam persepsi, khususnya persepsi
sosial.
BAB 3. PENUTUP
Persepsi
suatu proses aktif timbulnya kesadaran dengan segera terhadap suatu obyek yang
merupakan faktor internal serta eksternal individu meliputi keberadaan objek,
kejadian dan orang lain melalui pemberian nilai terhadapobjek tersebut.
Sejumlah informasi dari luar mungkin tidak disadari,dihilangkan atau
disalahartikan. Mekanisme penginderaan manusia yang kurang sempurna merupakan
salah satu sumber kesalahan persepsi (Bartol & Bartol,1994).
Pembahasan
mengenai persepsi seseorang berarti membahas bagaimana terjadinya proses
persepsi itu sendiri, yang dimana proses persepsi terjadi ketika kita menerima
stimulus melalui penginderaan. Dalam segi penilaian seseorang juga akan
memiliki persepsi yang berbeda pula, tergantung dari mana ia menilai sesuatu,
bisa dari ekspresi emosional wajah, bentuk tubuh, cara berpenampilan, gaya
bahasa. Persepsi seseorang terhadap orang lain sangat tergantung dengan
komunikasi. Komunikasi sering dilakukan orang untuk mempertegas kesan dan akan
berpengaruh pada hasil persepsi.
Individu berinteraksi, dari sana saling
mempengaruhi dan saling member penilaian karena adanya objek yang dipersepsi.
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus
dapat datang dari luar langsung mengenai indera dan dapat datang dari dalam
yang langsung mengenai syaraf penerima (sensoris) tapi berfungsi sebagai
reseptor. Adanya indera atau reseptor, yaitu sebagai alat untuk menerima
stimulus. Diperlukan adanya perhatian sebagai langkah awal menuju
persepsi.
Dan yang perlu dipahami lagi yaitu
bahwa pesepsi itu dimiliki oleh setiap individu, artinya
setiap dari manusia memiliki cara pandang dan pemahaman yang pasti berbeda
dalam melihat suatu obyek di lingkungan kita,baik itu manusia,makhluk hidup
lain,ataupun benda mati. Jadi Persepsi merupan suatu proses kognitif yang
dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ariningsih, Reni. 2013. Makalah Persepsi
Sosial. http:// Psikologi Sosial/Reni
Ariningsih Makalah Persepsi Sosial.htm.
diunduh tanggal 11 Oktober 2014, pukul 14.05 WIB
Atika,Nofrida(http://www.academia.edu/6666230/Makalah__persepsi_sosial?login=&email_was_taken=true
(diunduh tanggal 11 Oktober 2014, pukul 10:52 WIB)
Boerre, George. 2010. Psikologi Sosial. Jogjakarta: Prismasophie
Kepli, Widyanto. 2012. Makalah Persepsi Sosial dan Kognisi Sosial.
http://widyanto kepli makalah persepsi
sosial dan kognisi sosial.htm. (diunduh tanggal 11 Oktober 2014, pukul 14.15
WIB)
Sarwono, Sarlito W. 2002. Psikologi
Sosial, Individu Dan Teori Teori Psikologi Sosial. Jakarta :Balai Pustaka.
Taylor, Shelley E, dkk. 2009. Psikologi
Sosial, Edisi Kedua Belas. Jakarta: Kencana.
Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar).
Penerbit ANDI. Yogyakarta
bagus gambar latarnya ..
BalasHapusmakalah nya juga bagus nambah2 pengetahuan..